AMAN dan IESR Adakan Pelatihan Budaya Kopi untuk Petani Boafeo

Nusabunga, Ende,07/12/2017- .Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Nusa Bunga bekerjasama dengan CAFOD dan lIED kembali berkunjung ke Desa Boafeo, Kecamatan Maukaro untuk melakukan pelatihan budidaya dan teknik pengolahan kopi kepada masyarakat.

Pelatihan yang akan berlangsung di Kantor Desa Boafeo ini dilakukan sebagai implementasi dari program Energy Delivery Model (EDM) atau Model Energi Terbarukan yang selama setahun berjalan dilakukan di desa tersebut.

Yuni Kurniyatinigsih, Manajer Program EDM – IESR saat ditemui di Rumah AMAN Nusa Bunga hari Minggu (03/12) mengatakan pelaksanaan pelatihan kopi bagi masyarakat Boafeo yang dilaksanakan saat ini merupakan langkah awal untuk mengimplementasikan rencana tindak lanjut yang pernah disepakati bersama pada bulan Juni 2017 lalu yangmana salah satu skala prioritas yang dilakukan bersama masyarakat adalah Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Produksi Kopi.

“Ada tiga keluaran hasil dari proses pilot EDM di Boafeo yang dilaksanakan bersama dalam tahun berjalan salah satu diantaranya adalah peningkatan pendapatan petani melalui produksi kopi” katanya.

Dijelaskan Yuni, dari ketiga rencana prioritas ini peningkatan pendapatan petani kopi menjadi rencana prioritas yang didahulukan pelaksanaannya mengingat mayoritas pekerjaan masyarakat Boafeo adalah petani kopi yangmana setiap petani memiliki kebun kopi. Namun demikian tambah Yuni sistem pengolahan lahan yang dilakukan para petani masih menggunakan pola tradisional sehingga biji kopi yang dihasilkan tanaman kopi para petani Boafeo belum menghasilkan buah yang maksimal. 

“Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan penyuluhan kepada para petani dalam meningkatkan produksi kopi hingga proses pengolahannya guna meningkatkan kesejahteraan para petani yang ada di Boafeo,” tuturnya.

Dikatakan manajer program EDM – IESR ini,  kopi Boafeo memiliki kualitas yang sangat bagus namun  cara pengolahan yang masih salah oleh para petani membuat harga kopi Boafeo menjadi turun.

“Para petani cenderung ingin mendapatkan uang secara instan sehngga tidak melakukan proses pengolahan yang baik, padahal proses cepat yang mereka lakukan tidak menambah kualitas kopi yang berbuntut pada menurunnya harga beli ,” jelasnya.

Sementara itu , Koordinator Ekosob AMAN Nusa Bunga, Yulius Fanus Mari mengatakan kehadiran IESR  dalam memberikan Pelatihan Budidaya dan Teknik Pengolahan Kopi saat ini merupakan jawaban atas rencana tindaklanjut yang pernah disepakati bersama masyarakat Boafeo pada bulan Juni lalu dan salah satunya adalah peningkatan kesejahteraan para petani sehingga sangatlah tepat jika pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan kesejhteraan tersebut.

“Saya pikir kegiatan pelatihan ini sangatlah bagus untuk diberikan kepada masyarakat Boafeo yang hampir semuanya memiliki kebun kopi sehingga ke depannya mereka mengubah pola pengolahan tradisional yang selama ini mereka lakukan. Dengan demikian secara perlahan mereka akan mengubah pola lama menjadi pola baru untuk mendapatkan hasil yang maksimal” kata Jhuan Mari.

Ditambahkan Jhuan, terkait persiapan para petani Boafeo dalam mengikuti pelatihan ini, dirinya telah berkoordinasi dengan aparatur desa untuk pelaksnaan kegiatan tersebut yang akan dilaksanakan pada 4-7 Desember 2018.

Menurut rencana pelatihan budi daya dan pengolahan kopi ini akan difasilitasi oleh Yayasan Tana Nua, Ende yang akan dilaksanakan pada 4 – 7 Desember 2017 (welano).

sumber : http://www.jongflores.com/2017/12/iesr-dan-aman-kembali-adakan-pelatihan.html

AMAN Dan IESR Lakukan Studi Banding Ke Desa Golulada

NUSABUNGA ENDE. Setelah melakukan workshop M4P (Making Markets Work Better for the Poor) atau Membuat Pasar Lebih Berpihak pada Kaum Miskin di Aula Firdaus, Nanganesa – Ende (4-5 Mei) bersama Sebastian Saragih dan Abdur Rofi, kali ini (Senin, 8/05) AMAN dan IESR terjun ke lapangan untuk melakukan studi banding pemasaran produk kopi di desa Golulada.

Menurut Yuni Kurniyatiningsih terpilihnya desa Golulada menjadi tempat studi banding karena desa ini merupakan salah satu desa yang memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang mempunyai peralatan produksi kopi yang cukup lengkap dari penggilingan kopi kering, sangrai, penggilingan bubuk kopi dan pengemasan kopi bubuk untuk siap jual.

Yunika menambahkan bahwa pemilik produk kopi bermerk Kelimutu, Lukas Lawa juga merupakan salah seorang Pengurus Daerah AMAN Flores bagian Tengah yang saat ini juga mengurus salah satu koperasi petani kopi di Golulada sehingga IESR dan AMAN dapat memperoleh informasi lebih akurat tentang kopi.

“Kita melakukan studi banding kesini (Golulada) untuk melihat produksi kopi yang dihasilkan oleh petani kopi Golulada dengan melihat peralatan – peralatan yang dimiliki BUMDes” tuturnya.

Sementara itu Lukas Lawa didalam perjalanan menuju Golulada menyampaikan bahwa pihaknya saat ini sedang mengelolah sebuah koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desanya dengan membeli produk kopi petani Golulada.
“Koperasi membeli semua produk kopi para petani sesuai dengan harga pasar agar para petani tidak dirugikan” katanya.

Lebih lanjut Lukas menceritakan keinginannya mengajak petani kopi Golulada meningkatkan hasil kopi dengan cara menanam kopi dengan perawatannya sampai memasarkan hasil produksi kopi Golulada terinspirasi dari kenyataan yang terjadi pada masyarakat desanya dimana hasil kopi para petani hanya dikonsumsi sendiri dengan pola pengolahan secara tradisional. Dirinya berkeinginan untuk merubah mainset masyarakat yang selama ini masih mengolah dan memproduksi hasil kopi dengan cara yang tradisional menjadi cara yang lebih baik dengan menggunakan peralatan semi modern yang berpotensi untuk menghasilkan pendapatan yang lebih besar.

“Saya ingin para petani Golulada mengubah cara mengolah dan memproduksi kopi dari pola lama ke pola yang baru untuk meningkatkan pendapatan yang lebih baik” tuturnya.

Niat Lukas semakin terasah setelah melakukan kerjasama dengan NGO Veco dan Yayasan Tana Nua (kedua lembaga pemerhati para petani) mengutusnya untuk mengikuti pelatihan dan studi banding tentang kopi di berbagai daerah penghasil kopi di Indonesia bahkan sampai ke India.

“Beberapa kali saya mengikuti pelatihan dan studi banding tentang kopi di berbagai daerah di Indonesia maupun di luar negeri dan saya ingin menerapkan semua yang saya lihat dan tahu itu di desa kami” ungkapnya.

Terbukti di desa Golulada saat ini telah ada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang memiliki peralatan kopi yang terdiri dari mesin penggiling kopi, mesin sangrai dan mesin pengemas kopi yang dibeli sejak 2 tahun silam.

Kepada rombongan AMAN dan IESR, Lukas menuturkan bahwa peralatan itu didatangkan untuk mempermudah akses produksi kopi petani Golulada dan sekitarnya sehingga produk yang keluar dari Golulada sudah merupakan produk jadi yang siap beredar di pasar dalam bentuk kemasan.

Namun harapan itu belum tercapai karena saat ini semua peralatan itu belum beroperasi. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya teknisi yang mampu mengoperasikan peralatan tersebut.(Simone Welano)

Komunitas Adat Ranga laksanakan Ritual Tu Tau Tedo

Ende, NB. Komunitas adat Ranga kembali melaksanakan ritual Tu Tau Tedo pada Sabtu (14/01) di Kampung Adat Ranga Ria, Detusoko, Ende untuk melakukan penanaman serentak di kebun mosalaki pada hari Senin mendatang.

Dalam sambutannya mosalaki Ranga Siprianus Sore mengatakan bahwa ritual yang dilaksanakan saat ini merupakan ritual Tu Tau Tedo yaitu ritual musim tanam yang disimbolkan sebagai musim tanam jagung dan padi pada hari Senin mendatang di kebun mosalaki.

“Ritual ini merupakan ritual untuk tanam perdana di tahun 2017 yang dilaksanakan pada hari Senin ini” katanya.

Lebih lanjut pihaknya menjelaskan bahwa mulai Sabtu malam hingga hari Minggu malam akan dilakukan pire (hari puasa dan libur) bagi warga komunitas ( fai walu ana kalo) dan sampai pada hari Selasa tanggal 17 Januari baru akan diadakan penanaman di kebunnya masing – masing.

“Mulai malam ini sampai besok akan dilakukan pire dan pada Senin nanti akan dilakukan tanam perdana di kebun saya sehingga pada hari Selasa akan dilakukan penanaman di kebun warga masing – masing” ucapnya.

Mosalaki Sore juga menambahkan bahwa sejak Komunitas Adat Ranga bergabung dengan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) hutan – hutan yang sebelumnya diklaim pemerintah sebagai hutan lindung oleh Dinas Kehutanan saat ini sudah diambil alih oleh Komunitas Adat Ranga dengan dipasangnya plang – plang Keputusan MK 35 tahun 2012 oleh warga komunitas.

“Dengan dukungan penuh dari AMAN wilayah Nusa Bunga, kami telah mengambil alih semua hutan yang selama ini diklaim pemerintah sebagai hutan lindung. Kami telah memasang plang Keputusan MK 35/2012 di setiap lokasi” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama dilakukan acara Geti Kolo Manu (potong kepala ayam) oleh mosalaki pu’u (kepala suku) dan ayam tersebut dibiarkan mati sendiri dengan kepala ayam terlihat menghadap kearah matahari terbit sebagai tanda bahwa tahun 2017 merupakan tahun baik bagi warga komunitas.

Sementara itu Ketua AMAN wilayah Nusa Bunga, Philipus Kami dalam sambutannya mengatakan bahwa AMAN wilayah Nusa Bunga hingga saat ini tetap memperjuangkan hak komunitas adat secara menyeluruh mulai dari pendataan komunitas dan wilayah adat, advokasi masalah hukum, pemetaan sampai ke perjuangan untuk disahkan Peraturan Daerah (Perda) masyarakat adat yang sedang dalam proses untuk pengesahannya.

“AMAN secara organisasi hingga kini tetap memperjuangkan hak – hak masyarakat adat dari pendataan komunitas dan wilayah adat, advokasi masalah hukum, pemetaan sampai ke perjuangan untuk disahkan Peraturan Daerah (Perda) masyarakat adat yang sedang dalam proses pengesahannya” tuturnya.

Hal senada juga diucapkan Koordinator Devisi UKP3 AMAN wilayah Nusa Bunga Hans Gaga mengatakan bahwa AMAN Nusa Bunga siap melayani pemetaan wilayah adat komunitas adat mana pun juga yang ada di wilayah Nusa Bunga yang terdiri dari Flores bagian Barat, Flores bagian Tengah, Flores bagian Timur dan Lembata apabila komunitas adat itu meminta AMAN untuk memetakan wilayahnya dengan syarat bahwa komunitas itu telah yang telah menjadi anggota AMAN dan telah bersepakat untuk mengajukan permohonan pemetaan partisipatif wilayah adatnya ke UKP3 AMAN wilayah Nusa Bunga.

“Kami siap memetakan komunitas manapun juga asalkan komunitas itu telah bergabung dengan AMAN dan telah bersepakat untuk mengajukan permohonan pemetaan partisipatif wilayah adatnya ke UKP3 AMAN wilayah Nusa Bunga” katanya.(Simon Welan, Infokom AMAN Nusa Bunga)

AMAN Jadikan Boafeo Sebagai Pilot Project MDM

Ende, Nusa Bunga. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) bekerjasama dengan Institute for Essensial Services Reform (IESR), Catholic Agenchy For Overseas Development (CAFOD), The International Institute for Enviroment and Development (IIED) sepakat menjadikan Komunitas Adat Boafeo sebagai pilot project untuk Model Pemenuhan Energi (MPE)atau Energi Models Delivery (EDM)

Hal ini dikemukakan oleh Ata Kita Christof, Koordinator Divisi Ekonomi Sosial Budaya (Ekosob) AMAN wilayah Nusa Bunga disela – sela kegiatan workshop Energi Models Delivery (EDM) di Boafeo pada 16 Januari 2017.
Ata Kita yang juga aktivis AMAN ini mengungkapkan bahwa terpilihnya Komunitas Boafeo sebagai tempat diadakannya workshop dan lokasi pilot project karena Boafeo termasuk anggota AMAN dengan memiliki potensi yang dapat dijadikan Model Pemenuhan Energi terbarukan.

“Boafeo dijadikan sebagai tempat workshop dan lokasi pilot project karena Boafeo termasuk anggota AMAN yang memiliki potensi yang dapat dijadikan energi terbarukan” katanya.

Lebih lanjut Ata Kita menambahkan bahwa kegiatan workshop yang dilakukan dapat memberikan pemahaman yang lebih luas tentang energi sekaligus mengajak masyarakat komunitas untuk memanfaatkan seluruh potensi yang ada karena saat ini pemerintah Indonesia mulai mencanangkan penggunaan energi terbarukan dengan memanfaatkan sumber energi yang ada di sekitar kita.

“Kita melakukan workshop ini untuk memberikan pemahaman yang dalam tentang sumber energi yang ada di sekitar kita dan kita berharap agar anggota komunitas dapat memanfaatkan energi itu sesuai kebutuhannya” lanjutnya.

Demikian halnya dengan Fabby Tumiwa, Direktur IESR Jakarta yang dalam pemamparan materinya mengungkapkan bahwa pelatihan tahap dua ini merupakan pelatihan lanjutan dari pelatihan tahap pertama yang terjadi pada bulan Desember 2016 lalu dimana pada pelatihan tahap dua ini lebih difokuskan pada penggalian data seluruh sumber potensi energi yang ada di Boafeo karena Boafeo menyimpan begitu banyak potensi alam yang dapat dijadikan energi dalam kehidupan sehari – hari.

“Ini merupakan pelatihan lanjutan setelah pelatihan pertama pada bulan Desember 2016 dengan maksud untuk menggali seluruh potensi energi yang ada di Boafeo” tuturnya.

Ditambahkan Fabby bahwa pelatihan saat ini dilakukan untuk mencaritahu prioritas kebutuhan energi yang sungguh – sungguh dibutuhkan masyarakat Boafeo dan energi yang dimaksud bukan saja berasal dari energi berupa listrik yang dihasilkan generator yang menggunakan bahan bakar fosil namun energi itu sendiri dapat dihasilkan melalui potensi alam yang ada di sekitar sehingga dengan potensi alam itu masyarakat dapat menghasilkan energi listrik untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan keluarga.

“Kita akan mengambil semua data yang ada di komunitas untuk mengetahui prioritas kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat Boafeo saat ini. Awalnya yang dibutuhkan adalah listrik tetapi setelah data – data itu diambil, prioritas kebutuhan bisa berubah menjadi kebutuhan lain yang menjadi sarana penunjang aktivitas sehari – hari” tuturnya.

Kepala Desa Boafeo, Quitus Ladja saat ditemui Gong AMAN.com mengungkapkan bahwa kehadiran AMAN dan mitranya IESR, CAFOD dan IIED untuk memberikan pelatihan MPE di desanya sangat membantu masyarakat karena dengan pelatihan ini wawasan masyarakat tentang energi yang sesungguhnya semakin luas dimana energi itu sendiri sebenarnya telah ada di desanya melalui potensi alam yang ada.

“Saya dan masyarakat Boafeo merasa bangga karena desa Boafeo dapat terpilih menjadi tempat diadakannya kegiatan ini karena dengan pelatihan ini, masyarakat menjadi paham tentang potensi alam dan sumber daya yang ada di Boafeo untuk dijadikan energi dalam kehidupan sehari – hari” katanya.

Pihaknya berharap agar dampak dari antusias warga yang mengikuti pelatihan ini dapat terwujud ke depannya setelah melalui proses kajian ilmiah yang dilakukan AMAN, IESR, CAFOD dan IIED sehingga dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.

“Saya berharap dengan kajian ilmiah yang dilakukan AMAN bersama mitranya IESR, CAFOD dan IIED dapat terwujud untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat desa Boafeo” pungkasnya.

Demikian juga Hironimus Rea, salah seorang peserta workshop mengungkapkan bahwa pelaksanaan workshop ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Boafeo karena dirinya bersama warga lain mendapat pengetahuan gratis dan informasi energi yang sebenarnya ada di sekitar Boafeo yang selama ini tidak diketahuinya dan juga pengetahuan lain seperti bidang pendidikan, ekonomi rumahtangga, infrastruktur dan bidang lainnya.

“Saya bersyukur karena dengan adanya workshop ini pengetahuan saya tentang energi ternyata ada juga di sekitar kita. Demikian juga pengetahuan saya di bidang pendidikan, ekonomi rumahtangga, infrastruktur dan bidang lainnya bertambah” tuturnya.

Sementara itu, Ketua AMAN wilayah Nusa Bunga, Philipus Kami disaat Evaluasi Kegiatan Workshop Boafeo pada, Juma’t ( 20/01/ 2017 di Aula Firdaus, Nanganesa Ende mengungkapkan bahwa sistem pembangunan saat ini adalah sistem dari bawah ke atas (button to top) sehingga apa yang dilakukan oleh AMAN dan mitranya IESR, CAFOD dan IIED merupakan salah satu strategi pembangunan berbasis masyarakat dimana masyarakat ikut berpartisipasi dalam melihat prioritas kebutuhan yang ada agar pembangunan itu tepat pada sasaran.

“Saat ini pemerintah menggunakan sistem pembangunan berbasis masyarakat ‘button to up’ untuk mengetahui prioritas kebutuhan yang ada di masyarakat agar pembangunan itu tepat pada sasarannya. Sistem itu saat ini dilakukan AMAN dan mitranya IESR, CAFOD dan IIED dengan melakukan pendekatan dan kajian ilmiah terhadap kebutuhan masyarakat yang ada di Boafeo” tuturnya.

Philipus yang juga anggota DPRD Kabupaten Ende ini mengharapkan agar workshop yang dilakukan dapat mencapai pada target yang diharapkan sehingga apa yang menjadi prioritas kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi sesuai dengan kondisi real yang ada di masyarakat.

Workshop MPE ini difasilitasi oleh fasilitator ternama, H. Iskandar Leman dengan pemateri handal Ben Garside dari IIED London, Sarah Wykes dari CAFOD London, dan Fabby Tumiwa dari IESR Jakarta dengan didampingi Junika Kurniatyningsih dari IESR Jakarta dan Andry dari PB AMAN Jakarta berakhir pada tanggal 19 Januari 2017.(Simone Welan, Infokom Nusa Bunga)

AMAN Lakukan Sosialisasi Siaran Radio Komunitas Kepada Masyarakat Saga

Ende. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) melakukan sosialisasi penyiaran radio komunitas kepada masyarakat adat Saga yang menjadi pemilik dari radio komunitas itu di Aula Kantor Desa Saga pada Kamis (15/12).

Dalam sosialisasi itu Nura Batara menyampaikan maksud kehadiran radio komunitas di setiap komunitas adat di Indonesia adalah sebagai sarana untuk memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat terutama informasi yang berkaitan dengan adat dan budaya masyarakat setempat sehingga keterlibatan warga atau komunitas dalam pengelolaan penyiaran sangat penting.

“Radio komunitas dihadirkan untuk memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat terutama informasi – informasi yang berkaitan dengan adat dan budaya masyarakat setempat sehingga keterlibatan komunitas dalam pengelolaan penyiaran sangat penting” katanya.

Lebih lanjut Nura menjelaskan bahwa radio komunitas merupakan radio yang sangat berbeda dengan radio publik dan radio swasta sesuai dengan UU Penyiaran no. 32 tahun 2002 dimana perbedaannya adalah tata cara pengelolaan dan tujuan pendirian dimana pengelolaan rakom lebih memperhatikan aspek ketelibatan warga/komunitas setempat.

“Sesuai UU Penyiaran no. 32 tahun 2002, radio komunitas merupakan radio yang sangat berbeda dengan radio publik atau radio swasta dimana tata pengelolaan dan tujuan pendiriannya lebih memperhatikan aspek ketelibatan warga/komunitas setempat” jelas Nura.

Kepada Gaung AMAN.com Nura mengatakan bahwa radio komunitas dimiliki, dikelolah dan diperuntukan oleh sebuah komunitas dengan pelaksana penyiaran komunitas disebut sebagai Lembaga Penyiaran Komunitas sehingga radio komunitas sering juga disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan atau radio alternatif dengan komunikasi yang terkadang menggunakan bahasa daerah yang dipakai dalam kehidupan sehari – hari oleh komunitas setempat.

“Radio komunitas itu milik komunitas sehingga pengelolaannya diperuntukan bagi sebuah komunitas dengan pelaksana penyiaran disebut sebagai Lembaga Penyiaran Komunitas sehingga radio komunitas sering juga disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan atau radio alternatif dengan komunikasi yang terkadang menggunakan bahasa daerah yang dipakai dalam kehidupan sehari – hari oleh komunitas setempat” tuturnya.

Sementara itu Kepala Desa Saga, Aloysius Rasi dalam sosialisasi itu mengatakan bahwa kehadiran radio komunitas di desanya merupakan suatu kebanggaan karena dengan adanya radio komunitas adat Saga, Desa Saga semakin dikenal publik dan semua informasi tentang Saga dan komunitas – komunitas adat lain dapat publikasikan untuk diketahui masyarakat luas.

“Dengan hadirnya radio ini semua informasi tentang komunitas adat Saga dan komunitas – komunitas lainnya dapat dipublikasikan dan tidak kalah pentingnya adalah Desa Saga semakin dikenal orang” tuturnya.

Radio yang saat ini sudah mulai melakukan penyiaran itu beroperasi pada gelombang 107,7 FM. (Simone Welan, Infokom PW AMAN Nusa Bunga)